(Sumber gambar : https://www.jw.org)
Dikisahkan dalam Alkitab ada seorang Perempuan yang mengalami sakit pendarahan selama 12 tahun dan telah berobat ke segala macam dokter dan telah menghabiskan segala hartanya, namun tidak juga kunjung sembuh. Wanita itu akhirnya sembuh ketika menyentuh Jubah Yesus, seperti tertulis dalam Injil Markus.

5:25 Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan.
5:26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.
5:27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya.
5:28 Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."
5:29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.


Perempuan ini telah sakit selama Dua Belas Tahun Lamanya. Sakit pendarahan selama dua belas tahun tentu merupakan penderitaan yang berkepanjangan. Perempuan ini selama Dua belas Tahun berjuang berperang melawan penyakitnya. Bahkan telah mencoba berobat berulang kali ke berbagai dokter, bahkan ia kehilangan harta bendanya akibat berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya ini.

Perlu kita lihat apa yang dilakukan Perempuan ini untuk sembuh dari penyakitnya merupakan sebuah pelajaran berharga bagi kehidupan kita, bagaimana seseorang berusaha memperjuangkan sesuatu untuk kehidupannya yang lebih baik. Dalam hal ini bebas dari penyakit yang membawa penderitaan.

Yang pertama adalah setting mindset untuk mengejar kesembuhan, keinginan untuk benar-benar ingin sembuh sudah tertanam di kepala perempuan ini, hal tersebut membuat perempuan ini melakukan segala sesuatu bahkan kehilangan segala sesuatu untuk memperjuangkan kesembuhannya itu.

Yang kedua action, perempuan Yahudi ini bahkan berobat ke berbagai dokter. Hari-hari sekarang kita juga sering gonta-ganti dokter mencari yang benar-benar pas yang mengerti penyakit kita, bahkan kita rela menghabiskan banyak uang membayar Dokter Praktek dan obat yang mahal atau bahkan berobat ke luar negri asalkan bisa cepat sembuh. Sama seperti yang dilakukan perempuan ini, namun satupun tidak ada dokter yang dapat menyembuhkan pendarahannya itu. Snngguh sangat memilukan.

Yang ketiga Jangan Menyerah (don't give up). Perjuangan dua belas Tahun tidak membuat wanita ini menyerah dengan penyakitnya. Jika kita sudah menyerah dengan penyakit, sudah tentu penyakit akan menghabiskan kita. Saya kenal seorang teman yang akhirnya meninggal muda karena penyakitnya, saat sebelum meninggal saya bertemu dengannya dan berbicara padanya untuk banyak berdoa dan berusaha, tapi saya masih ingat jawabannya "bagaimana saya mau sembuh kalau keluarga tidak mendukung saya". Sungguh kasihan, meninggal karena kehilangan semangat untuk sembuh.

Yang keempat adalah mencoba segala hal yang bisa dilakukan. Perempuan ini sembuh dengan cara yang tidak masuk diakal manusia. Tetapi wanita ini memiliki iman dan Tuhan bekerja dengan cara-cara yang tidak dapat kita selami. Segala sesuatu sudah ia perbuat namun tidak juga sembuh, apa yang bisa diperbuatnya lagi??. Namun hal yang mustahil untuk kesembuhannya dilakukan perempuan ini, hanya hal kecil saja yang coba dilakukannya namun dengan iman yang besar, yaitu menyentuh Jubah Yesus.

Terakhir adalah Memiliki Pengharapan dan Keyakinan/Iman. Perempuan ini adalah seorang perempuan yang punya pengharapan dan keyakinan teguh bahwa ia bisa sembuh suatu saat. Bisa jadi ia sudah tidak memiliki pengharapan lagi setelah dua belas tahun berjuang. Namun tidak bagi perempuan ini, Ia tetap memiliki pengharapan, seperti apa yang dipikirkanya sesaat sebeluh sembuh : "Asal kujamah saja JubahNya, aku akan sembuh".


5:34 Maka kata-Nya (Yesus) kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"

Sungguh suatu pergumulan besar yang membuahkan hasil seperti yang diharapkan!. Akhirnya ia sembuh dan merdeka dari penyakit yang telah memenjarakan hidupnya selama bertahun-tahun.


Rut mau melakukan pekerjaan yang berat (sumber gambar:https://www.jw.org/id/publikasi/buku/iman-sejati/rut-dan-naomi/)
Rut adalah seorang perempuan yang setia, tekun dan rendah hati. Dikisahkan Rut adalah seorang Moab (Sekarang daerah Yordania) menantu dari Naomi dan Elimelek seorang pendatang dari Israel di Moab. Keluarga mereka ditimpa musibah, suami Naomi dan kedua anaknya meninggal dunia sehingga Naomi dengan sangat berdukacita memutuskan untuk pulang ke tanah Yehuda. Naomi kemudian meminta kepada kedua menantunya untuk meninggalkannya dan kembali kepada kedua orang tua mereka. Tidak seperti kebanyakan perempuan lainnya dan seperti kakak iparnya, Rut bersikeras tidak ingin meninggalkan Naomi mertuanya itu, ia tetap setia bersama-sama dengan Naomi.

(Rut 1:16) Tetapi kata Rut: "Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku ; 1:17 di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan.

Rut bahkan bekerja dengan pekerjaan rendahan untuk menafkahi dirinya dan mertuanya yaitu memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas di ladang orang. Ia bekerja dengan tekun dari pagi hingga petang, ketekunan dan kerja kerasnya serta cerita kesetiaannya kepada mertuanya membuat derajatnya diangkat Tuhan karena Boas seorang yang kaya raya mengambilnya sebagai istrinya.

Boas menjawab: "Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa yang dahulu tidak engkau kenal. 2:12 TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung.

Rut kemudian mengandung seorang anak laki-laki bagi boas yaitu Obed, ayah dari Isai, kakek dari Daud. Ia disebut seorang perempuan yang lebih berharga dari tujuh anak laki-laki.

Sebab itu perempuan-perempuan berkata kepada Naomi: "Terpujilah TUHAN, yang telah rela menolong engkau pada hari ini dengan seorang penebus. Termasyhurlah kiranya nama anak itu di Israel. 4:15 Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki." 

Kisah kesetiaan, ketekunan dan rendah hati Rut hendaklah menjadi panutan bagi kita. Keputusan Rut mengikuti mertuanya mungkin tidak mengenakan bagi dirinya bahkan bagi keluarganya, namun Rut memilih untuk menemani mertuanya yang dirundung duka, kebaikan hati Rut mengalahkan segala ego dirinya, bahkan mertuanyapun memaklumkannya jika sekiranya Rut pulang kepada orang tuanya. Secara logika, apakah yang bisa diharapkan lagi dari Naomi, seorang perempuan tua, suami Naomi dan anak-anaknyapun telah meninggal dunia, wajar jika Rut pergi meninggalkan Naomi, suaminya yang adalah anak dari Naomi juga telah meninggal dunia. Namun Rut tidak memikirkan dirinya sendiri. Rut tetaplah ibunya juga walaupun suaminya telah meninggal dunia dan ia tidak pergi meninggalkan ibu mertuanya itu.

Kebaikan hati dan kesetiaan Rut diperhitungkan oleh Tuhan. Rut tetap setia walau keadaan seakan-akan tanpa masa depan. Ia tetap tekun walau hidup penuh kesusahan. Buah dari perbuatannya yang baik dan kesetiannya telah membuat hidupnya diberkati Tuhan bahkan menjadi berkat bagi orang lain.

Kisah ketekunan lainnya di alkitab yaitu ketekunan Yosua menunggu janji Tuhan (Yosua Pasal 6). Dikisahkan Tuhan menjanjikan menyerahkan Yerikho kepada Yosua dan tembok Yerikho akan runtuh. Namun apa yang perhadapkan kepada Yosua yaitu tembok Yerikho masih berdiri kokoh. Tuhan juga meminta Yosua dan umat Israel untuk mengelilingi tembok Yerikho, selama 6 hari mereka mengitari tembok Yerikho, tidak ada tanda-tanda apapun bahwa tembok Yerikho akan runtuh, setidaknya sudah runtuh setengahnya atau temboknya sudah mulai retak-retak dan rapuh, mungkin itulah harapan Yosua dan umat Israel. Namun  hal itu tidaklah terjadi. Dihari ketujuhlah tembok Yerikho akhirnya runtuh setelah mereka mengelilinginya tujuh kali dengan bersorak sorai memuji Tuhan, Janji Tuhan akhirnya tergenapi.

Kisah ini mengajarkan bahwa kita harus percaya dan setia menunggu janji Tuhan walaupun kelihatannya ada yang tidak beres atau keadaan terlihat tidak seperti seharusnya dan kelihatannya mustahil atau sepertinya tidak akan terjadi. Namun dalam ketekunan kita menunggu sambil melakukan apa yang berkenan bagi Tuhan dan apa yang diperintahkan Tuhan. Tuhan mungkin tidak memberikan janji secara langsung seperti yang dilakukannya kepada Yosua. Namun kita yakin janji dan rancangan Tuhan kepada kita senantiasa baik adanya.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)."

Demikian yang perlu kita lakukan adalah tekun, setia, dan rendah hati dalam melakukan segala pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan dengan berpegang teguh pada Firman Tuhan sambil menunggu janji Tuhan yang baik bagi kehidupan kita.

“Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.” (Ibrani 10:36).

Followers