Setahun sudah aku bekerja di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan sebagai aparatur sipil negara dan sudah setahun juga aku dan istriku memulai usaha Apotek di tempat tinggal kami di argapura. Pulang kantor aku langsung menjaga apotek kami, karyawan kami bekerja hanya sampai jam 5 sore. Untuk efisiensi aku memutuskan untuk belum menambah karyawan shift malam, apalagi awal berdiri apotek kami, aku memutuskan untuk bersaing harga dan menaikan presentase keuntungan secara berkala. Sekarang aku sedikit banyak tau mengenai jenis obat dan sedikit banyak bisa memahami tulisan dokter di resep, namun tetap aku berkonsultasi dengan ahlinya baik Apoteker atau istriku yang memang memiliki latar belakang farmasi.

Sebenarnya aku ingin menjaga ritme kehidupan dengan menyeimbangakan urusan kantor, urusan bisnis dan urusan keluarga. tetapi setelah kupikir-pikir, aku menyadari bahwa urusan-urusan terkait pekerjaan dan usaha yang mengatur ritme kehidupanku, bahkan aku sering jenuh dengan kedua urusan ini hingga menjenuhkanku juga dengan urusan keluargaku, apalagi kedua anakku masih kecil, yang satu belum genap empat tahun yang satu belum genap setahun. Bahkan di waktu weekend-pun terkadang sulit untuk beristirahat dengan baik.

Selalu aku berusaha menjauhkan kejenuhanku dengan terus bersyukur tentang apa yang aku lakukan, namun tanpa aku sadari ternyata kesibukanku juga menjauhkan dari persekutuan dengan Tuhan. Mungkin hal ini yang membuat hidupku yang sebenarnya teratur menjadi terasa tidak teratur, hidupku yang sebenarnya baik tapi terasa berantakan. Bahkan sekarang aku mulai menyepelekan persekutuanku dengan Tuhan dan rutinitasku terkait kehidupan rohaniku mulai aku tinggalkan. Seharusnya aku lebih bersyukur dengan kehidupanku yang sekarang.

Kesehatanku juga aku rasa mulai memburuk, kondisiku tidak FIT lagi seperti dulu. Menurut hasil MCU di kantor, aku dinyatakan Cukup Fit (dari pilihan Fit/Cukup Fit/Tidak Fit), tentu bukan pernyataan yang baik dengan hasil uji kolesterol juga yang menurutku kurang baik. Ternyata setelah aku pikir, kesibukanku bukan cuma menyita perhatianku terhadap keluargaku tetapi juga perhatianku terhadap diriku sendiri. Tetapi aku menghibur diriku sendiri menurutku kesibukanku ini aku namai saja kerja keras, mudah-mudahan dengan kerja keras sekarang aku bisa mencapai tujuanku mungkin tujuanku kesuksesan atau mungkin kebahagiaan. Kalau bicara tujuan hidup sebenarnya aku masih bingung intinya aku bekerja saja demi anak-anak dan istri juga untuk ibuku. Mudah-mudahan mereka bahagia.

Jayapura, 11/04/2016
Ketika sampel belum masuk..


0 komentar:

Followers