Kehidupan memiliki musimnya sendiri; perubahan dari ketidak dewasaan menjadi dewasa, pergumulan menjadi penyerahan, pergolakan menjadi kedamaian, percaya menjadi pengertian, dan menabur menjadi menuai. Kehidupan bukanlah suatu yang linear, dimana kita pindah dari satu tahap ke tahap berikutnya. Hidup tidaklah seperti itu. Hidup lebih mirip lingkaran. Ada saatnya sepertinya kita harus kembali ke awal, bertobat lagi, mengulang kembali pelajaran yang telah kita abaikan dalam kehidupan rohani kita.
Pada saat yang sama, hidup adalah sebuah paradoks. Semua saling bertentangan, dan apa yang kita harapkan tidaklah selalu terjadi. hal-hal baik terkadang mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan, dan dari tragedi muncul berkat.
Setelah hampir 2 tahun di Jerman, bulan juli 2010, berat badanku tiba-tiba mulai turun, aku mulai cepat capek dan kadang agak sulit untuk bernafas. Badanku mengalami demam rutin setiap hari pada jam-jam tertentu, perutku terasa sakit, nafsu makanku menurun, aku mengalami susah tidur, dan seluruh badanku terasa sakit. Hari itu di bremen, jauh dari keluargaku di cuaca yang tidak aku suka karena sangat dingin, aku bergumul dengan sakit yang menimpaku. Beberapa kali aku mengunjungi dokter praktek disana, setelah mengkonsumsi beberapa obat kondisiku mulai membaik, tetapi beberapa hari setelah obat yang diberikan habis, aku kembali sakit. Kembali aku mengunjungi dokter tersebut, ia merujukku ke rumah sakit St. Joseph-Stiff Bremen, disana akhirnya aku disarankan rawat inap beberapa hari. Penanganan rumah sakit sangat baik, selain aku mendapat ruang kelas, aku selalu disuguhi makanan yang enak, selain itu suster-suster yang ramah dan baik hati selalu ada setiap saat mengecek kondisiku atau mengganti cairan infus yang sudah habis. Selain itu, diruanganku ada tv sehingga aku tidak melewatkan piala dunia 2010 walau dalam keadaan sakit. Setelah beberapa penanganan dokter termasuk USG, Endoskopi, dsb untuk mengecek masalah pada perutku, dokter akhirnya memberikan obat dan akhirnya setelah 6 hari dirumah sakit aku diperbolehkan pulang dengan bekal beberapa obat. Aku didiagnosa menderita peradangan usus jika aku tidak salah menterjemahkan penjelasan dokter.
Keadaanku sudah membaik, walau sebenarnya belum sepenuhnya fit. "Aku akan kembali fit" pikirku.Seminggu setelah keluar dari rumah sakit aku mulai merasakan gejala yang sama dan badanku mulai terasa lemah. Aku banyak menghabiskan waktuku di kamar, badanku sangat lemah hingga berjalan 10 meter saja aku sangat kelelahan, aku keluar rumah hanya jika ingin membeli makanan. Syukur karena Ibu-ibu dan beberapa temanku dari PERKI (Persekutuan Kristen Indonesia) Bremen kadang membawakanku makanan dan menengok keadaanku dirumah, mereka sangat ramah padaku. Penyakitku yang tidak kunjung sembuh ini sangat menyiksa diriku dan membuatku muak karena tidak dapat beraktifitas sebagaimana mestinya.
Dalam kesakitan dan kesendirian aku berpikir untuk pulang ke papua, "setidaknya orang tuaku dapat mengurusku hingga aku dapat sembuh" pikirku. Kemudian aku memesan tiket pulang pergi lewat internet dari frankfurt ke jakarta menggunakan fly emirates. Di jakarta aku dijemput mantan pacarku yang sekarang sudah menjadi istriku, ia kaget melihat badanku yang kurus, akupun kaget melihat wajahnya yang begitu cantik, badanku yang kurus tidak mengurangi rasa cintanya padaku (semoga), ia langsung menghampiri dan memelukku. Dari jakarta kami kemudian berangkat ke bandung, karena aku tiba pada tengah malam kendaraan satu-satunya adalah dengan bis. Malam itu kami berangkat ke bandung, beberapa hari istirahat disana aku kemudian berangkat ke jayapura.
Sampai di jayapura, dari kejauhan aku melihat mama sedang ngobrol dengan bapak dari andre temanku di jakarta dulu, bapaknya kini sudah menjadi bupati di kab. jayapura. Mama melihatku dan menyambutku dengan tangisan, ia menangis karena badanku yang sangat kurus, waktu itu berat badanku hanya 47 kg (idealnya aku 70 kg). Aku malu melihat mama menangis sehingga aku membujuknya agar tidak menangis dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Beberapa hari di jayapura, kondisiku masih lemas, aku di bawa ke RSUD, obat-obatan yang diberikan aku konsumsi beberapa hari, kemudian aku tidak meminumnya lagi karena badanku terasa semakin lemah. Selanjutnya aku di bawa lagi ke dokter praktek, ia menganjurkan untuk tidak meminum obat yang sebelumnya aku minum dan memberikan lebih banyak obat yang lain. Setelah beberapa hari aku minum, aku memutuskan untuk tidak meminumnya lagi karena perutku semakin sakit dibuatnya. Aku bosan dengan badanku yang lemah, aku berinisiatif untuk meminum extra-joss campur susu atau biasa disebut Josua (extra joss-susu-air) agar badanku agak bergairah untuk bersenang-senang bersama teman-temanku yang sudah lama tidak aku temui. Mungkin dengan tertawa bersama mereka dapat menyembuhkan penyakitku, karena ada tertulis "Hati yang gembira adalah Obat". Beberapa hari di jayapura aku tidak ingin merasakan penyakitku, aku lebih banyak mengkonsumsi Josua dibanding obat-obatan, dan memang badanku agak segar walau hanya beberapa saat. Aku memutuskan untuk kembali ke jerman melanjutkan studiku, aku kembali harus memesan tiket karena tiket yang sudah aku pesan sebelumnya hangus karena aku berlama-lama di jayapura mengurus penyakitku yang tidak kunjung sembuh. Tiket yang hangus yaitu tiket dari jayapura-jakarta & jakarta-jerman. Aku harus kembali membelinya.
Orangtuaku mengantar kepergianku ke bandara dengan wajah sedih karena kondisiku belum 100% fit, namun karena tuntutan dunia aku harus pergi ke negri seberang. Semangatku masih ada walau badanku terasa lemah, demi cita-cita aku akan pergi. terngiang-ngiang di telingaku nyanyian PKJ 180.
Kasih Tuhan, mengiringimu...
dan sayapNya, melindungimu...
tangan Tuhan pegang, didalam hidupmu...
majulah dalam t'rang kasihNya...
Aku pun tegap berangkat ke jerman, sekitar 7 jam perjalanku ke jakarta dengan pesawat, di jakarta aku harus transit sekitar 5 jam untuk menunggu pesawat ke frankfurt. Kemudian setelah 6 jam perjalanan dari jakarta-dubai, aku harus transit lagi sekitar 5 jam di dubai, dari dubai-frankfurt perjalanku sekitar 5 jam. Sampai di frankfurt aku masih harus naik kereta ke bremen. Setelah perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan akupun tiba di rumah yang aku kontrak bersama dengan 2 teman lainnya. Aku sangat lelah sampai berbicara pun aku tidak sanggup, seperti mau mati saja rasanya.
Bersambung ke Part 2
0 komentar:
Post a Comment