Setelah panjang lebar menceritakan cita-cita kami, aku dan yusak memutuskan untuk berangkat ke jawa dan menuntut ilmu disana. Setidaknya kami berharap bisa bernasib lebih baik dari beberapa teman se-komplex kami yang tidak jelas apa yang dilakukan mereka, entah mereka sedang kuliah atau bekerja?. Minggu sore itu, kapal Dobonsolo telah merapat di pelabuhan Jayapura, dengan hanya tas ransel berisi beberapa potong baju, sagu coklat dan beberapa potong roti aku dan yusak segera berhimpitan naik ke atas kapal. Ia yang lebih cekatan dan lincah dariku berlari duluan untuk "pele tempat" (mencari tempat untuk tempat kami beristirahat nanti). Ia berhasil mendapat tempat strategis di bawah tangga, saat itu penumpang penuh sesak, bau-bau aneh juga meliputi seluruh ruangan, aku tidak menghiraukannya dan membiasakan hidungku. Bau ini akan kucium setidaknya 5-6 hari kedepan. Segera kami menggelar tikar dan bersantai menunggu kapal menarik jangkarnya.

Walau belum sampai di pulau jawa, tetapi angan-angan kami telah sampai disana. Ia menceritakan apa yang ingin dilakukannya nanti, begitu juga diriku. Yusak bercita-cita ingin bekerja di PT. Freeport dan menghasilkan uang yang banyak, setidaknya itu yang diketahuinya. Memang kami berdua mengenal beberapa orang yang terlihat memiliki banyak uang ketika baru "turun" dari Timika.

Sehari sebelum kapal sandar di pelabuhan tanjung priuk. Ternyata Yusak terlalu banyak jajan diatas kapal, uang pegangan yang dibawanya pun sangat terbatas. Uangku juga harus kuhemat, sesampainya di surabaya nanti kami masih harus melanjutkan perjalanan ke jogja. Di Surabaya kami akan menginap 1 malam di rumah teman kami Nius, Ia berjanji akan menjemput kami di pelabuhan. Malam itu kami berdua sangat lapar, aku kemudian mengajaknya untuk berjalan-jalan mengelilingi kapal agar rasa lapar itu tidak terasa. Lagi pula besok pagi kami sudah tiba di surabaya. Kami kemudian menuju ke bagian atas kapal tempat sekoci-sekoci untuk keadaan darurat. Ia kemudian memandang sekoci-sekoci itu dan sambil tersenyum berkata kepadaku, "bagaimana kalo kapal ini tenggelam?" Sekoci-sekoci kecil nih mo tampung orang semua? ", Ah yang penting sa bisa berenang". Aku kemudian menyahut "Sa juga bisa berenang kawan, tapi masalahnya ko mo lari dari hiu ka", hahaha". 

Kami kemudian melanjutkan cerita angan-angan kami di bagian atas kapal tersebut. Karena kelelahan kami tertidur dibagian atas kapal tersebut, mentari pagi yang hangat membangunkan kami, sinar mentari terasa begitu nikmat hingga akupun terasa kenyang dan tidak lagi lapar. "wan ko masih lapar ka?", tanyaku, "ah su tidak kawan, sa rasa badan segar". Ya.. mentari pagi telah memberi kekuatan kepada kami. Tuhan yang telah memberi kami makan.

bersambung,,.

0 komentar:

Followers