Sore itu aku terburu-buru mengendarai motor di kota Yogyakarta yang lalu lintasnya penuh dengan lampu merah, setiap aku akan melewati perempatan, lampu lalu lintas itu selalu merah, dari jauh aku lihat lampu merah itu sedang hijau, ku tambah kecepatanku.., orange.., dan kemudian merah tepat 5 meter sebelum aku melewatinya, setiap aku melewati perempatan mengapa selalu merah? hatiku semakin panas saja, "apa lampu merah itu tidak mengerti kalau aku sedang buru-buru?!" seorang kakek mengendarai motor tua dengan santai yang kulihat kira-kira 2 kilo di belakangku tadi selalu kutemui lagi di lampu merah. ah.. semakin emosi saja.
aku kemudian sadar, ternyata lampu merah itu sedang mengajariku untuk sabar. selalu ada waktu untuk melaju ketika lampu itu sedang hijau, atau pelan-pelan ketika sedang orange, atau mungkin aku harus berhenti sesaat ketika lampu itu sedang merah. aku tidak mungkin melaju ketika ia sedang merah, itu akan membahayakan diriku. Lampu itu mengajariku untuk tidak tergesa-gesa dalam mengandari motor di lalu lintas yang penuh dengan bahaya.. toh walau dikendarai dengan santai kita juga akan sampai di tujuan, dan yang terpenting, sampai di tujuan dengan selamat. ya.. tanpa aku sadari lampu merah itu juga mengajarkanku tentang kehidupan yang aku jalani, aku selalu tergesa-gesa menghadapi segala sesuatu, tetapi adakalanya lampu sedang merah dan aku harus berhenti sejenak dan menunggu hingga lampu itu hijau, kemudian aku dapat melaju lagi.
"Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang" (Amsal 23:18)
Sagan, 26 Januari 2011
Surat itu tak kunjung dijawab
0 komentar:
Post a Comment