Bagaimana pendapat anda, waktu itu adalah lingkaran? atau waktu itu adalah sebuah garis?
beberapa orang ada yang menjalani waktu sebagai suatu garis. orang seperti ini merencanakan segala sesuatu, ia mempunyai sebuah buku perencanaan yang sangat penting baginya, ia melaksanakan suatu pekerjaan satu demi satu, yang lain dikerjakan sesudah yang lain, semuanya teratur, waktu adalah uang. Orang seperti ini disebut monochron.
Ada yang menganggap waktu adalah sebuah lingkaran, waktu itu gratis, semuanya flexibel (Janji, Pertemuan, dll), waktu akan selalu ada, komunikasi lebih penting dari pada rencana, orang seperti ini kadang melakukan banyak pekerjaan pada waktu yang sama. Orang seperti ini disebut polychron.
tentu jarang ditemui orang yang 100% plychron atau 100% monochron, kebanyakan orang berada diantara campuran keduanya atau salah satu sifat lebih menonjol dari yang lain. Termasuk sifat manakah yang menonjol dari anda?
Dua sifat itu saya pelajari ketika mengikuti Interculturales-Training oleh Frau Du Bois di Universitas Bremen Germany.
Saya tidak terlalu memperdulikan polychron, monochron atau apalah itu, yang jelas saya hanya menjalani kehidupan tanpa harus memikirkan metodenya. tentu kehidupan dengan tujuan itu sangat penting dan saya yakin setiap orang punya tujuannya masing-masing entah bagaimana ia menjalani kehidupannya hingga mencapai tujuannya. Saya teringat mengenai "perubahan enthalphy" pada kimia yang hanya ditentukan oleh reaktan dan produk tanpa memperdulikan mekanisme atau jalur reaksinya. dalam kehidupan reaktan dan produk saya artikan sebagai awal (kelahiran) dan akhir (tujuan hidup).
nama depan saya Rudolf yang merupakan nama asli dari Jerman, saya tidak pernah diceritakan oleh orang tua saya kenapa saya diberi nama Rudolf. setiap kali saya memperkenalkan diri ke orang jerman (deutsche) mereka selalu menanyakannya:
Saya : Guten Tag! Ich bin Rudolf Bonay aus Papua, Indonesien. (saya rudolf bonay dari Papua, indonesia)
Deutsche : Guten Tag! Rudolf? rudolf ist deutscher Name (Rudolf itu nama orang Jerman)
Saya : Ja.. ich weiss (ya.. saya tau)
Deutsche : und warum heisst du Rudolf? (terus kenapa nama anda Rudolf?)
Kalau saya menjawab "Ich weiss nicht (sy tidak tahu)", tentu bukan jawaban yang menyenangkan, sehingga saya mulai mengarang cerita mulai dari dulu ayah saya punya seorang teman dari jerman yang bernama rudolf, dulu ada seorang pendeta yang baik hati bernama rudolf, sampai-sampai pernah saya katakan kalau dulu ada dokter baik hati dari jerman yang bernama rudolf yang membantu ibu saya melahirkan saya ke dunia.
semua itu tidak begitu penting bagi saya, tetapi yang saya pikirkan adalah kenapa saya sekarang ada di Jerman? teman saya mengatakan kalau nama saya yang membawa saya ke Jerman, tentu itu cuma omong kosong. saya tidak pernah mempunyai rencana untuk ke Jerman sebelumnya, rencana itu datang karena kesempatan dan kesempatan itu datang karena saya melakukan dengan baik apa yang harus saya lakukan di waktu dan kesempatan itu, itulah kuncinya menurut pengalaman saya.
pertama : ada Tujuan besar/Tujuan akhir (Bukan tujuan kecil)
kedua : Jalani apa yang harus dijalani dengan sebaik mungkin (sepenuh hati)
Saya percaya kalau perencanaan hidup saya bukan ada pada tangan saya, saya hanya menjalani hidup ini dengan tanggung jawab atau dengan kata lain saya sedang menjalani tugas yang diberikan oleh atasan kepada saya. Ini merupakan sedikit pengalaman yang saya alami dan merupakan bukti kalau kehidupan saya itu direncanakan (bukan saya yang merencanakannya) saya hanya menjalaninya
-SD-SMP, masa pertumbuhan saya di Papua.
Saya teringat masa kecil setiap melihat pesawat, saya pasti melambai-lambaikan tangan saya, dalam hati "suatu saat saya akan menaikimu ke tanah Jawa hai pesawat".
- lulus SMP, ayah saya mendaftarkan saya ke sekolah penerbangan karena bermimpi anaknya menjadi Pilot (saya turuti, dijalani saja sebaik mungkin). ternyata saya tidak diterima!.
-Saya sekolah di sekolah asrama SMA 3 Buper, saya ikut ujian seleksi ke Karawaci, terdengar berita anak-anak yang lulus seleksi akan tinggal di perumahan elit di Lippo-karawaci. saya belajar dan berdoa (berusaha sebaik mungkin) tetapi ternyata tidak lulus!.
- Kakak yang saya cintai meninggal dunia, saya pulang ke rumah, tidak kembali ke asrama 1 bulan lebih, akhirnya saya pindah sekolah ke SMA Negri 5.
- Ada tes lagi dari Surya Institute karawaci, di sekolah baru saya terpilih lagi untuk ikut seleksi, (saya tidak tahu mengapa saya yakin sekali akan lulus seleksi).
-saya lulus seleksi! dan berangkat ke Jakarta (pertama kali naik pesawat) untuk mengikuti pelatihan persiapan olimpiade (lagi-lagi saya jalani dengan baik).
-hasil tes provinsi menunjukan sangat mustahil dapat memperoleh medali, berencana untuk putus asa tetapi setelah dipikir-pikir ternyata tidak ada gunanya (waktu sisa sebelum Olimpiade nasional saya gunakan dengan baik (jalani saja dengan baik, berdoa dan belajar).
- Olimpiade berakhir, sehari sebelum pengumuman perolehan medali saya bertemu seseorang di Lift (hotel Sahid Jaya), dia tanya asal saya dan katanya dia seorang panitia pelaksana, dia sudah melihat hasil dan katanya saya mendapat medali perak (katanya dia kasih bocoran ke saya.. aneh tapi nyata..).
- Esoknya pengumuman hasil perolehan medali, dengan sedikit ragu-ragu walau sudah dapat "bocoran" dan karena atmosfer para siswa-siswi semuanya menegangkan jadi saya ikut2an tegang. ternyata benar saya memperoleh Medali Perak (saya merasa mengalami "Dejavu" pada saat pengalungan medali, sepertinya saya pernah alami moment ini, oh ya.. ini moment pada mimpi saya).
- Olimpiade selesai, pulang Papua.. belum sebulan, sy di telpon dari Jakarta katanya terpilih mengikuti lomba penelitian "The First step to the Nobel Prize".
- Agak ragu dan takut (sekali lagi saya berusaha saja untuk menjalaninya).
- ke Jakarta, Bogor, Semarang, Salatiga (UKSW) kemudian penelitian, belajar 3 bulan lebih.
- selesai penelitian, persiapan UAN, UAS.
- Lulus
- Daftar kuliah
- UM ITB; Tidak Lulus (bingung mau kuliah dimana)
- Ketemu Pak Mendiknas; istrinya menawarkan kuliah di UGM.
- Ragu-ragu.
- Ke China jadi Duta Belia Indonesia.
- Pulang ke Indo semua pendaftaran universitas sudah tutup.
- menang Lomba penelitian.
- terpilih menerima Beasiswa Achmad Bakrie dan Satya Lencana.
- Rencana mau ke amerika, bingung, ragu-ragu, takut (tetapi tetap dijalani), tidak tahu caranya.
- Memutuskan untuk kuliah di UGM dengan bantuan ibu mendiknas (kuliah sudah berlangsung 1 bulan)
- 3 Semester di UGM, mulai melirik luar negri (merasa bosan, perlu pertimbangan, ragu-ragu, tetapi dijalani sebaik mungkin).
- Ada info mengenai kuliah keluar negri di bantu PT.PMI, coba-coba tanya, mulai menggerakan kaki, rencana mau ke amrik.
- persyaratan ke amrik agak susah, ada info mengenai Jerman (persyaratan lebih mudah, biaya kuliah gratis).
- Mulai persiapan, kuliah di UGM mulai ditinggalkan
-terombang ambing dengan banyak masalah hampir setahun (Hidup, Kuliah, Cinta, dll, tetapi tetap dijalani);kakak perempuan satu-satunya meninggalkan dunia, pulang lagi ke Papua. (fase ini saya sebut mekanisme reaksi proses persiapan)
-dapat surat ijin ke jerman, mau urus Visa, paspor hilang (hukuman 6 bulan tidak bisa memperoleh paspor).
-dikasih keringanan karena beasiswa (walau begitu saya membayar hampir 2 juta denda hanya untuk paspor yg biasanya hanya 125.000).
-Buat Visa, persyaratan berubah harus ada rekening di Jerman;terombang-ambing lagi menunggu bantuan Finansial dari Pemberi beasiswa.
-Semua beres
-Visa Jadi
-Ke Jerman, bingung tempat tinggal... berlanjut dan berlanjut...
Semuanya masih berlanjut dan belum selesai, semua itu bukti kalau memang perencanaan kehidupan saya bukan ada pada tangan saya, saya hanya menjalaninya dan melakukan apa yang harus saya lakukan di waktu dan kesempatan yang di berikan. saya berpikir dan membayangkan kalau hidup itu bukan garis dan bukan juga lingkaran tetapi itu lingkaran yang berjalan pada garis. mungkin agak sulit untuk dibayangkan. saya akan menjelaskan apa itu "Lingkaran yang Berjalan pada Garis" pada postingan saya selanjutnya.
1 komentar:
Wah, memang luar biasa Tangan yang tak terlihat merencanakan dan menuntun hidup dari satu titik waktu ke titik berikutnya...
Jadi gak sabar untuk membaca perjalanan titik-titik berikutnya
keep posting ya Dolf!!
Post a Comment